Pemilihan
Umum (Pemilu) untuk menentukan wakil rakyat di berbagai jenjang (nasional dan
daerah) kini sudah di depan mata. Para bakal calon anggota legislatif( Bacaleg)
pun saat ini tengah sibuk untuk memperkenalkan diri sekaligus meraih simpati
masyarakat. Baligo serta spanduk pun dipasang di sepanjang jalan agar mudah
dilihat oleh para pengguna jalan. Tidak hanya itu, media sosial pun saat ini
tengah dipenuhi oleh gambar – gambar para politisi yang tengah berjuang untuk
menduduki kursi senayan untuk ke sekian kalinya. Harapannya, masyarakat akan
mengingat nama mereka di kertas suara nantinya. Lantas, apakah wakil rakyat
yang saat ini duduk di senayan ataupun di gedung DPRD sudah benar – benar
melaksanakan mandat rakyat ?
Jika
melihat realita yang ada, harapan akan hadirnya sosok wakil rakyat yang benar –
benar mewakili kepentingan rakyat nampaknya masih jauh panggang dari api. Hal
ini setidaknya terlihat dari sikap pasif sebagian wakil rakyat yang duduk di
parlemen ketika pemerintah resmi mengeluarkan kebijakan terkait kenaikan Bahan
Bakar Minyak (BBM). Dari lima ratus lebih wakil rakyat yang duduk di kursi
parlemen, hanya segelintir saja yang menyuarakan penolakan kenaikan BBM.
Padahal, kenaikan salah satu barang pokok tersebut memiliki dampak yang sangat
luar biasa bagi kehidupan masyarakat. Adapun pembagian bantuan sosial (bansos)
sebagai kompensasi kenaikan BBM sama sekali tidak menyelesaikan masalah.
Sebaliknya, konflik vertikal dan horizontal kerap terjadi di tengah masyarakat.
Aparat desa, Ketua RT atau RW kerap kali menjadi sasaran kemarahan warga yang
kebetulan tidak mendapatkan bantuan.
Kenaikan
harga BBM di saat rakyat baru saja berusaha untuk bangkit dari pandemi covid –
19 merupakan kebijakan yang jelas – jelas tidak berpihak pada kepentingan
rakyat. Akibatnya, gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat tingginya
harga energy terjadi dimana – mana. Tidak hanya itu, para pelaku Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) pun tidak sedikit yang terkena dampak kenaikan BBM tersebut.
Sebagian dari mereka bahkan terpaksa harus gulung tikar akibat tingginya biaya
produksi. Terganggunya aktivitas ekonomi masyarakat tersebut tentunya berdampak
pada daya beli mereka yang semakin menurun. Fenomena anak putus sekolah serta
masalah – masalah sosial lainnya pun saat ini sudah pada kondisi yang cukup
memprihatinkan.
Demikian
pula ketika pemerintah mengeluarkan Undang – Undang Cipta Tenaga Kerja
(Ciptaker) yang jelas – jelas merugikan kepentingan buruh, lagi – lagi hanya
segelintir wakil rakyat saja yang bersuara lantang untuk menolak undang –
undang tersebut. Sementara yang lainnya hanya duduk manis saja atau pura – pura
paham dengan isi undang – undang tersebut. Padahal, secara substansi banyak
pasal yang merugikan kaum buruh dari aturan tersebut. Tak heran apabila terjadi
demo besar – besaran dimana – mana ketika undang – undang tersebut diterapkan.
Adapun
terkait wacana kenaikan biaya haji yang dikeluarkan oleh pemerintah, lagi –
lagi para wakil rakyat yang terhormat juga menunjukkan sikap seperti yang sudah
– sudah. Mereka seakan tidak peduli dengan kesulitan masyarakat yang hendak
melaksanakan ibadah haji ke tanah suci. Padahal, biaya tambahan yang harus
disiapkan oleh para calon Jemaah haji sangatlah besar. Akibatnya, banyak Jemaah
yang mengeluhkan tentang besarnya biaya yang harus mereka keluarkan untuk dapat
berangkat ke tanah suci.
Untuk
mendapatkan sosok wakil rakyat yang benar – benar mampu memperjuangkan
kepentingan rakyat memang tidaklah mudah. Diperlukan usaha yang sungguh –
sungguh dari masyarakat itu sendiri dalam mencari sosok yang diharapkan. Adapun
hajatan lima tahunan dapat menjadi salah satu sarana yang dapat digunakan untuk
mendapatkan para wakil rakyat yang jujur dan amanah. Di era keterbukaan
informasi seperti saat ini, masyarakat sudah bisa menilai rekam jejak serta
kinerja para wakil rakyat yang sedang duduk di parlemen dan mungkin akan
mencalonkan kembali. Di samping itu masyarakat juga sudah bisa menilai partai –
partai mana saja yang selama ini benar – benar menyuarakan kepentingan mereka. Oleh
karena itu, agar masyarakat tidak jatuh ke lubang yang sama untuk ke sekian
kalinya, cermat dalam memilih calon wakil rakyat harus benar – benar dilakukan.
Oleh : H. Darojat
Sabandi, Warga Subang
0 $type={blogger}:
Posting Komentar